Minggu, 08 Februari 2015

TERDIAM

Semua yang terjadi membuatku semakin takut tuk berharap, takut tuk menggantungkan anganku, takut tuk membayangkan apa yang aku inginkan. Toh pada nyatanya apa yang terjadi tak seperti yang kuharapkan. Ini bukan untuk pertama kali, tapi ini untuk yang kesekian kalinya. Berulang kali aku mencoba menampik segala apa yang ada dengan tetap menjalankan anganku. Tapi apa yang aku dapat?

Aku gatau ini kenapa, apa ada yang salah denganku? Atau justru keadaan yang tak kunjung berpihak kepadaku?

Aku disini duduk diam terpaku penuh jemu, ku letakkan anganku, ku letakkan sayapku. Aku bak seekor burung yang tak pernah lelah beterbangan tapi tak kunjung jua menemukan sarang makanannya. Aku bak seekor kupu-kupu yang dengan beringas menghampiri sang bunga, tapi tak mendapatkan madunya.

Entahlah, semua menjadi abu-abu, begitu berkabut. Sulit untukku melangkahkan angan dan menengok harapanku.

Akankah sang waktu berpihak kepadaku? Akankah keadaan sudi berteman denganku? Yang jelas anganku tak berani membumbung jauh, anganku lelah akan kekecewaan dan anganku tak mau lagi jatuh terhempas.




Kamis, 05 Februari 2015

CATATAN KECIL

Wahai calon imamku di masa depan, apakabarnya kau disana? Sedang apa sekarang? Apa kau juga tak henti memikirkanku? Masihkah kau menjaga hatimu untukku? Masihkah engkau semangat berjuang menemuiku?


Haha.. hei.. aku disini mulai belajar banyak hal loh.. mulai memantaskan diri, agar jika saatnya nanti Allah mempertemukan kita, kau tak kecewa akan sikap sifatku, juga agar kau tak malu mengenalkanku pada keluargamu.


Hai ganteng, apa saat ini hatimu sama seperti hatiku? Begitu tak tenang karena dipenuhi tanda tanya akan seperti apa sosokmu. Begitu lusuh karena telah merasakan tersakiti.


Yang aku tahu, saat ini Allah sedang menyiapkanmu untukku, mungkin kamu sedang asik mengamati duniaku secara diam-diam, mungkin kamu sedang mengamati karakterku, atau mungkin kamu sedang menyiapkan banyak hal untuk membawaku pulang?


Duhai calon imamku, sampai kapan kau akan terus bersembunyi di balik bilik hati yang rapuh itu? Keindahan seperti apa yang membuatmu begitu nyaman disana? Tak inginkah engkau segera menemuiku? Perempuan yang namanya sudah bersanding dengan namamu sejak engkau masih 4 bulan dalam kandungan ibundamu. Masih semangatkah engkau berjuang memperbaiki dirimu agar mampu menjadi imam yang baik suatu saat nanti? Aku perempuanmu disini tak pernah bosan menantimu. Ku dekap engkau dengan do'a. Karena mengulang do'a-do'a itu seperti kayuhan sepeda yang akan membawa kita ke arah yang kita tuju. Dan itu adalah seindah-indahnya caraku bergeliat dalam penantian.