Minggu, 27 Desember 2015

ONLINE SHOP | JUAL OOTD HIJABERS


♥♥♥ END YEAR SALE ♥♥♥


Belanja di @cn_stuff ada diskon 5rb/pcs ALL ITEM, TANPA SYARAT loh.. yuukk yuukk di intip barangnya..

Area Malang bisa COD daerah Wendit - Sawojajar yaa, yang tau rumahku juga bisa ke rumah ::)

Jangan lupa follow Instagramnya ya..
@cn_stuff
@cn_stuff
@cn_stuff
 
Iya, OlShop ini punyanya Chiprut, masih baru sih, baru aja dibikin, tapi bismillah, Insya Allah amanah. Nanti setiap kamu transfer, barang langsung aku kirim ya (selama expedisi belum tutup). Proses packing-pengiriman-sampai dapat resi akan berusaha selalu aku update ke kamu, buat bukti kalau barang bener-bener aku kirim, hehe..

online shop, olshop, online store, baju murah, baju berkualitas, harga murah, baju perempuan, hijabers, hijabers indonesia, ready stock, olshop malang, trusted sellerBukannya apa-apa, jaman sekarang banyak banget OlShop yang bisanya nipu. Contohnya kamu udah transfer tapi barang kamu gak di kirim, kadang juga uda dikirim tapi barangnya beda gak kayak yang kamu pesen, minta resi cuma di read doang, tapi bisa upload barang dagangannya terus di instagram, kan huft banget. Berawal dari ketakutan dan pengalamanku selama belanja online sama OlShop yang menurutku pelayanannya kurang maximal itu, akhirnya aku mau bangun OlShop yang bener-bener bisa jaga kepercayaan para customernya. Buat temen-temen Chi yang kenal sama Chi, yang masih dan semoga masih inget sama Chi, bisa bantu share yaa. Nanti hadiahnya pahala, ehehe..

Disini kamu bisa dapatin barang kualitas terjamin dan gak bikin kantong kamu jebol. Produknya masih seputar barang-barang cewek yang berkerudung. Kalau bahan tebal aku bilang tebal, kalau bahan kurang recommend juga aku bilangin. Soalnya aku barang belum produksi sendiri, kadang juga ada salah barang yang dateng jadi kain ga sesuai yang aku mau. But, kerjasama dan kepercayaan dari kamu buat belanja di aku itu yang segalanya, jadi buat awal-awal ini aku kasih diskon 5rb/pcs ALL ITEM TANPA SYARAT yaa, untung dikit buat beli permen doang gapapa deh, biar ada kesibukan baru, ahaha.. Niatnya ini diskon sampai 31 Desember, tapi tidak menutup kemungkinan bisa lanjut nantinya. Test minat pembeli dulu, hihihihihi...

Happy Shopping dears ~




online shop, olshop, online store, baju murah, baju berkualitas, harga murah, baju perempuan, hijabers, hijabers indonesia, ready stock, olshop malang, trusted seller




Rabu, 16 September 2015

CALON IMAM, DENGARKAN AKU WALAU HANYA SATU DETIK - PART : III


Hai, sudah lama tak kusapa kamu melalui tulisanku, iya kamu, calon imamku..
Aku harap, kamu tak lelah untuk menjaga hatimu disana. Kamu boleh melihat perempuan lain, tapi jangan lihat mereka dengan hatimu juga. Jaga dan persiapkan hatimu untukku, pemilik sebelah tulang rusukmu.

Hai kamu, aku bukan seorang perempuan yang mengharap kesempurnaanmu. Sederhana asal bisa barengan sampai surga kan indahnya berlipat, hehe..

CALON IMAM, DENGARKAN AKU WALAU HANYA SATU DETIK - PART : III
Bagaimana? Apa kamu sudah menemukanku? Sudahkah kamu melihatku dari kejauhan? Masihkah kamu mengamati setiap gerak gerikku? Tahukah kamu, di setiap sujudku aku tak pernah absen menyampaikan harapanku tentang kamu? Jika jauh semoga di dekatkan, jika dekat semoga segera dipertemukan, jika sudah bertemu semoga lekas melamar, haha..

Untuk sekarang mungkin ada tembok kokoh yang jadi pembatas di antara kita, pembatas itu adalah jarak dan waktu. Percayalah, Allah menciptakan jarak dan waktu bukan supaya kita lelah menanti dan berhenti berharap. Tapi agar kita tak pernah putus asa untuk berdoa penuh keyakinan yang sempurna.

Hai kamu, lelakiku..
Apapun alasannya, sungguh aku tak ingin melihatmu lelah berjuang. Jemput keindahan yang kamu idamkan, jemput kebahagiaan yang kamu inginkan. Sampai saatnya nanti, kamu bisa menjemputku, tinggal dalam atap yang sama denganku, berbagi segala suka dan duka bersamaku.

Aku yakin, kamu sedang dipersiapkan dengan baik oleh Allah untukku. Aku yakin, nantinya kamu akan bersungguh-sungguh mencintaiku. Aku percaya, bahwa kamu yang bertanggung jawab tak akan membiarkan wanitamu berlama-lama menanti. Sampai saatnya nanti, bukan cinta yang memilihmu, tapi Allah yang memilihmu untuk kucintai.


To be continued,
Dariku yang tak hanya ingin sehidup semati bersamamu, tapi juga sehidup sesurga bersamamu.








Rabu, 22 Juli 2015
Rabu, Juli 22, 2015 0

CALON IMAM, DENGARKAN AKU WALAU HANYA SATU DETIK - PART:II


Untukmu, seseorang yang akan menemaniku dimasa depan. Anggap ini sebagai goresan penuh kerinduan yang belum dapat ku utarakan. Goresan penuh tanya tentang siapa sosokmu yang belum kutemukan. Tentang kamu yang ku tunggu menjadi pelengkap pengabdianku, tentang kamu yang nantinya mengizinkanku menyatu dengan senyum di wajah teduhmu, tentang kamu yang mengizinkan segala rindu dan cinta berbaur menjadi satu.


CALON IMAM, DENGARKAN AKU WALAU HANYA SATU DETIK
Hai lelakiku..

Mungkin saat ini aku masih begitu asing bagimu, belum bisa meraihmu, belum bisa menyejukkan hatimu. Tapi ketahuilah calon imam idaman, aku disini masih terus berusaha menjadi pribadi yang lebih baik. Agar nantinya, aku bisa menjadi pendamping yang bisa kau arahkan, bisa kau ajak berjabat tangan dalam kebaikan. Aku memang belum tahu siapa kamu, tapi aku harap sesakit apapun perjuanganmu, sesusah apapun halangan di depanmu, kamu tak pernah lupa untuk selalu berusaha mendekatkan diri kepada-Nya. Bismillah, pupuk selalu keyakinan dalam diri kamu, hal baik akan selalu berbuah baik. Wanita baik hanya untuk lelaki baik pula.


Hai ganteng..

Percayalah, aku tak begitu peduli tentang seperti apa fisikmu, kamu punya iman dan akhlak yang baik saja bagiku sudah cukup. Ku harap, kau pun begitu. Mungkin saat ini kamu sedang terjebak dalam cinta yang salah, dalam pandangan yang salah. Aku mohon, hentikan itu. Jaga hatimu baik-baik untukku. Bagiku hatimu begitu mahal, aku tak akan rela melihat hatimu tergores sedikitpun.

Di luar sana memang banyak perempuan cantik bergeliat di depan matamu, banyak perempuan menarik berusaha meminta perhatianmu. Tapi, tak inginkah kamu melihat sisi yang lain? Bukankah cantik yang sesungguhnya ada di hati? Bukankah magnet ketertarikan sesungguhnya ada di akhlak? Fisik bisa hilang termakan waktu, tapi hati dan akhlak? Insha Allah akan tetap seperti itu.



To be continued,
Dariku yang tak hanya ingin sehidup semati bersamamu, tapi juga sehidup sesurga bersamamu.



PART I :  CALON IMAM, DENGARKAN AKU WALAU HANYA SATU DETIK

PART III : CALON IMAM, DENGARKAN AKU WALAU HANYA SATU DETIK



Minggu, 28 Juni 2015
Minggu, Juni 28, 2015 1

CALON IMAM, DENGARKAN AKU WALAU HANYA SATU DETIK



Kita coba menapaki tebing yang terjal. Bukan untuk saling unjuk kekuatan. Bukan untuk saling unjuk kemampuan. Tapi karena ini memang jalan yang telah digariskan. Sebagaimana kita bisa melewatinya dengan tak lupa memperdulikan sekitar. Sebagaimana kita bisa tetap berpegang teguh tanpa berusaha saling menjatuhkan.

CALON IMAM, DENGARKAN AKU WALAU HANYA SATU DETIK

Duhai calon imamku dimanapun kamu.. Bolehkah dalam harapku, ku ungkapkan beberapa permintaan untukmu?



Aku bukan perempuan yang gila hartamu, bukan perempuan yang bernafsu merebut kekuasaanmu. Aku hanya ingin menjadi perempuan yang selalu berada di sampingmu, menemanimu, ikut merasakan sekeras apa perjuanganmu. Aku hanya ingin kelak, ketika semua orang begitu bangga padamu, kamu tak lupa untuk tetap menoleh ke arahku.


Hai kamu yang tak pernah bosan ku ucap dalam do'a..


Sudikah kamu untuk jadi panutan terbaikku?
Nanti, mungkin kamu akan nampak seperti penjahat yang mengambilku dari orang tuaku. Saat itu, apa kamu yakin mampu mengambilku dengan cara yang paling baik? Mereka membesarkanku dengan cara yang baik, mendidikku untuk selalu bertutur kata yang baik. Apa kamu bisa melakukan hal yang sama nantinya?

Mungkin terlalu dini untukku berangan-angan, tapi setidaknya aku punya harapan.
Aku butuh kamu yang tak mengutamakan nada tinggi saat menasehatiku. Aku butuh kamu yang ketika aku salah justru mengusap kepalaku penuh kelembutan sembari berkata, "Sayang, jangan seperti itu". Aku pikir itu cara yang paling halus yang bisa kamu lakukan untuk menegurku.


Hai kamu yang masih rahasia..

Aku berjanji, aku tak akan membuatmu merasa direndahkan saat bersamaku. Aku begitu paham, bahwa kaulah pemimpin sebenarnya di surga kecil kita nanti.
Hei, bukankah pemimpin juga butuh penasehat? Bolehkah aku jadi penasehatmu? Mengingatkanmu pada detail kecil yang kau abaikan misalnya. Iya, aku tahu mungkin kamu tak butuh itu, mungkin kamu hanya ingin ditemani tanpa mendengar ocehan tak penting dariku. Tapi bolehkah sebentar saja kau saring ocehanku? Apa benar-benar tak ada yang bisa kau ambil sedikit pun?



To be continued,
Dariku yang tak hanya ingin sehidup semati bersamamu, tapi juga sehidup sesurga bersamamu.



Kamis, 02 April 2015
Kamis, April 02, 2015 16

SENYUMKU TERTUNDUK


Hari itu seperti hari-hari sebelumnya. Tetap dengan rutinitasku mengayuh sepeda merahku menuju Pondok Pesantren. Iya, sejak 3 tahun yang lalu aku pindah ke sini. Tempat yang mengajarkanku banyak hal, tempat yang mampu membuka mataku secara perlahan, juga tempat yang membuat jantungku bergetar tak beraturan.

Dengan seragam warna tosca yang cantik kulangkahkan kakiku menuju kelas. Dan entah kenapa pandanganku tiba-tiba tertuju pada sosok pemuda tak berseragam pesantren yang duduk tepat di depan meja Ustadz. Dia tengah asik membaca Al-Qur'an. Sembari mengerutkan kening, aku berjalan di belakang dia, menuju tempat santri putri. Sekarang tempat dudukku dan dia tengah dibatasi kain berwarna putih.

Beberapa saat kemudian Ustadz memasuki kelas, setelah salam pembuka beliau mengenalkan kepada kami siapa sosok itu..
"Perkenalkan, dia Angga, santri putra baru di kelas ini. Bayu, ndapapa ya dia duduk di tempatmu, biar dia mampu mengikuti pelajaran kita sudah sampai mana."

"Iya, Ustadz. Ndapapa." Jawab Bayu.

"Ooohh jadi namanya Angga." Gumamku dalam hati.

Kelas dimulai, dan kalian tahu? Aku begitu tercengang dengan lantunan Al-Qur'an yang dia bacakan. Sungguh merdu dan fasih.

"Hiiiihhh, suami idaman banget deh itu kayaknya, mukanya kayak apa sih ya? Aku belum liyat." Ku dengar salah seorang temanku tengah mengungkapkan keterpukauannya. Iyasih ya, kayak apa ya mukanya. Hahahaha.

Kelas selesai tepat ketika suara adzan Isya' berkumandang. Setelah santri putra keluar kelas, berikutnya santri putri. Ku perhatikan teman-temanku begitu antusias. Jangan tanya kenapa, sudah jelas mereka penasaran sama santri baru itu.

"Aaaahhh tampannya, mukanya bersinar ya."

"Iya, iihhh pinter lagi."

"Eh, aduh dia senyum."

"Ah kamu sih, jangan keras-keras ngomongnya, dia denger kan jadi malu."

Entah magnet apa yang dia bawa, mendadak teman-temanku begitu gaduh. Tapi iyasih, dia memang tampan. Aku hanya menatap dia dari kejauhan, diam dan tersenyum.

***

Kelas memang berubah semenjak ada dia. Teman-teman seperti punya vitamin tambahan setiap kali mendengar suara Angga. Hari ini kelas hafalan, dimana setiap santri ada setor hafalan ke ustadz minimal 5 ayat  setiap pertemuan. Ku dengar Angga banyak bertanya ke Bayu, siapa di kelas ini yang rutin setor ayat dan paling banyak hafalannya. Eh, si Bayu sebut nama Via dan namaku. Oh My God, Bayu --"

Tiba giliranku, maju ke depan dan setor hafalan. Tak seperti biasanya, hari ini aku gugup, kenapa? Karena ada mata Angga tepat di hadapanku. Dia begitu memperhatikan ayat demi ayat yang aku ucapkan. Setelah selesai, dia tersenyum dan bertepuk tangan. Sontak satu kelas keheranan.

"Ini si Angga ngapain sih ah pakek tepuk tangan" gumamku dalam hati, mukaku sudah memerah. Aku kembali ke tempat duduk dengan tertunduk.

"Mbak Zahra seneng ya di perhatiin mas Angga? Itu mas Angga sampai tepuk tangan sendiri." Goda Via.

"Iiihh Via apaan sih? Sudah sana maju sekarang giliranmu."

***

Hari demi hari aku semakin heran, kenapa kakak-kakak kelas jadi suka lewat depan kelasku. Usut punya usut ternyata mereka semua naksir Angga. Ini mah Cintaku Tumbuh di Pesantren namanya. Pesona Angga benar-benar mampu mengalahkan pesona mas-mas senior yang lain. Entahlah, seperti yang aku bilang tadi, dia punya magnet, iya magnet ajaib.

"Bulan depan kita ada lomba tahunan antar pesantren, untuk tartil Qur'an saya minta dari kelas ini yang mewakili pesantren kita, ya? Santri putrinya Zahra dan santri putranya Angga, mulai besok kalian cari Ustadz Ahmad dan cari kelas kosong, satu bulan ke depan belajar tartilnya dibimbing sama Ustadz Ahmad."

What?? Iya, itu pengumuman paling cetar melebihi sambaran geledek.

"Tapi maaf, Ustadz. Saya ndak pernah ikut tartil sebelumnya, saya juga ndak bisa."

"Zahra, kan sudah saya bilang nanti di bimbing sama Ustadz Ahmad, saya yakin kamu bisa. Belajar yang rajin ya." Sungguh aku benar-benar tak tahu harus mengelak dengan bagaimana lagi.

"Cieee mbak Zahra, abis ini bakalan berduaan terus di kelas sama mas Angga, atiati loh mbak.. hahahaha.." Ledek Via.

"Iiiihh berdua apa deh Via, bertigalah sama Ustadz Ahmad. Udah kamu ndak usah mikir macem-macem. Mbak bingung ini mbak kan ndak bisa, hoaaaaaa..."

"Bisa mbaakk, Via yakin mbak bisa. Semangat ayo semangat. Udah gausa gerogi, banyak santri putri yang pengen ada di posisi mbak loh."

"Jadi perwakilan tartil maksudmu?"

"Bukaann, berduaan sama mas Angganya maksud Via, hahahaha..."

"Huss ah kamu masi kecil doyan banget ledekin mbak.."

***

Baju koko warna tosca, sarung coklat dan kopyah hitam cukup membuat dia tampak begitu menawan hari ini. Aku tengah menunggu Ustadz Ahmad di depan kelas yang sudah kita sepakati, Angga menghampiriku, dan ini untuk pertama kalinya aku ngobrol sama dia.

"Assalamu'alaikum Zahra, sudah lama? Ustadz Ahmad masih di masjid ya?" Aaaahh sungguh kesantunannya memang 'awww'some, pantes aja mereka pada naksir Angga.

"Wa'alaikumsalam mas Angga, ndak kok Zahra masih baru kesini abis dari masjid tadi. Iya kayaknya, ini kelasnya masih di kunci."

"Ndak usah panggil mas deh, panggil nama aja, ntar kesannya aku tua lagi."

"Kan memang aku lebih muda dari mas Angga."

"Sudah panggil Angga aja." Ya Allah, dia senyum. Dan aku, hanya tertunduk.

Sejak hari itu setiap hari aku dan Angga memang selalu bertegur sapa, untuk sekedar membicarakan tentang tartil misalnya. Dia banyak mengoreksi bacaanku sembari menunggu Ustadz Ahmad, karena dia sudah lebih fasih dari aku sih ya, hahahaha.

Tak bisa aku pungkiri, Angga memang sosok yang 'suami-able' sampai kakak-kakak kelas ingin mengenal dia lebih dekat. Sekarang aku merasakan dekat dengan dia, merasakan kesopanannya dan merasakan kebaikan hatinya yang tidak dibuat-buat. Ya Allah, aku masih jauh dari kata pantas jika menginginkan dia.

***

Satu bulan berlalu, hari ini lomba dimulai. jantungku berdetak sungguh cepat. Lebih cepat dari biasanya. Tahun ini Pesantrenku jadi tuan rumah pelaksanaan lomba, aku seperti sedang menanggung beban berat di pundakku, perwakilan pesantren yang jadi tuan rumah, sudah pasti di targetkan untuk lebih baik dari peserta lain.

"Zahra, itu yang pakai baju koko warna putih dari pesantrenmu namanya siapa?" Tanya sepupuku yang juga mewakili pesantrennya.

"Oooh, itu namanya Angga mbak, dia ntar yang tartil putra."

"Oh ya? Serius? Ntar kalau aku sudah selesai mau liyat dia ah, ganteng ya." Lagi, magnet yang di bawa Angga tengah menyedot santri-santri dari pesantren lain.

Entah kenapa aku begitu gugup ketika aku harus di hadapkan dengan 3 juri di depanku serta banyaknya penonton yang memperhatikanku. Nafas tak sepanjang saat latihan, dan pemenggalan kata yang sudah diajarkan pun terasa buyar. Aku melihat Ustadz Ahmad dari kejauhan, dia terus memberiku semangat, dia masih berusaha meyakinkanku kalau aku mampu.

"Ustadz, maaf.. tadi Zahra ada satu pemenggalan yang salah." Aku mengungkapkan kekecewaanku, kekecewaan terhadap diriku sendiri yang tak mampu mengontrol rasa gugupku.

"Iya, Zahra, ndapapa, Ustadz maklum kok, kan kamu baru kali ini ikut lombanya. Lagian tadi sudah bagus kok, ini jempol deh buat kamu."

"Terimakasih Ustadz, sekali lagi Zahra minta maaf." Ucapku dengan di iringi mata berair penuh penyesalan.

"Assalamu'alaikum, Ustadz, tadi Angga bagaimana? Ustadz liyat Angga juga kan tadi?" Angga menghampiri kami dengan senyum penuh kepuasan.

"Wa'alaikumsalam... Iya, Uztadz tadi juga liyat Angga, bagus. Kamu seperti biasanya, bacaanmu memang selalu bagus."

"Assiiikkk, terimakasih Ustadz. Eh, Zahra kok murung?"

"Ndapapa Ngga, hehe.."

"Aku tadi liyat kok, udah ndapapa, kamu bagus, cuma mungkin tadi rada gerogi ya?"

"Iya, hehe.."

"Itu, Angga juga bilang bagus kok, sudah Zahra ndak usah murung lagi, ayok liyat lomba yang lain sembari menunggu pengumuman, Ustadz tinggal dulu ya, Assalamu'alaikum.."

"Wa'alaikumsalam.." sahutku dan Angga berbarengan.

Hari sudah sore, setelah sholat Ashar waktunya juri mengumumkan hasil lomba. Namaku tidak ada disebut di urutan 3 sampai 1, aku menengok ke arah Ustadz Ahmad, beliau masih saja mengacungkan jempolnya dengan tersenyum. Dan sebaliknya, nama Angga disebut di urutan kedua, aku liyat dia menaiki panggung dengan senyumnya yang khas. Dia melihat ke arahku, tapi aku tertunduk dan meninggalkan area lomba.

***

Beberapa bulan setelah hari itu, ada kenaikan kelas. Dimana kelas selanjutnya, santri putra dan santri putri akan ada dalam kelas tersendiri, sudah tidak lagi satu kelas. Aku tidak pernah lagi mendengar Angga membaca Al-Qur'an, aku sudah tidak pernah lagi banyak-banyakan setor ayat sama Angga. Dan entah kenapa rasanya seperti ada yang hilang. Walaupun kami masih suka berpapasan di Masjid setiap sholat berjamaah.
Karena jadwal sekolah dan jadwal mengaji yang bentrok, aku memutuskan untuk keluar dari pesantren. Sekolahku pulang jam 6 sore, sedangkan jam 5 aku harus ke pesantren. Dengan amat berat hati aku meninggalkan pesantren yang sudah mengajarkanku banyak hal, dan Angga, tidak tahu soal ini.

***

Delapan tahun berlalu, aku sudah tidak pernah bertemu dengan Angga lagi. Kemarin, ketika aku lewat depan rumah dia, aku melihatnya. Iya, sosok itu, sosok yang dulu selalu membawa magnet ajaib. Dia tengah menggendong seorang bayi lucu. Alhamdulillah, sekarang dia sudah menjadi seorang Abi, dan pastinya Abi yang baik untuk anak dan Istrinya. Terimakasih sudah mengajarkanku banyak hal, terimakasih sudah sempat menjadi motivasi untuk aku menjadi perempuan yang lebih baik, terimakasih telah memberiku pandangan, calon imam seperti apa yang harus di perjuangkan.

Allah mungkin mempertemukan kita dengan seseorang untuk satu alasan. Entah untuk belajar atau mengajarkan. Entah untuk sesaat atau selamanya. Entah akan menjadi bagian terpenting atau sekedarnya. Akan tetapi, tetaplah menjadi yang terbaik di waktu tersebut. Lakukan dengan tulus meski kadang tak menjadi seperti apa yang di inginkan. Karena tidak akan ada yang sia-sia jika Allah yang mempertemukan.

Memang kebanyakan orang mencari pasangan itu dilihat dari kegantengan atau kecantikannya, nasabnya, mungkin juga status sosialnya. Tapi, tidakkah kalian tahu? Dalam mencari pasangan, pertimbangan utama adalah ketaatan pada agamanya, karena tidak akan menyesal ketika seseorang mencari pasangan atas dasar ketaatan agamanya, bahagia dan ketenangan hati sudah pasti jadi jaminan.

Akhi, Ukhti.. jangan pernah puas hanya sampai disini ya, tetap selalu berusaha memperbaiki diri. :)



Jumat, 27 Maret 2015
Jumat, Maret 27, 2015 2

[REQUEST POST] BIRUMU ABU-ABUKU


By : Soni Sagita ( SS )


Saat itu...
Aku hanya dapat melihat mendung
Entah kemana perginya kicauan sang burung..
Terdiam dalam pelukan hujan
Meski tanpa sentuhan..
Aku menanti datangnya pelangi
Walau ia tak kunjung menampakan diri

Kemarin...
Aku dapat merasakan hangatnya sinar mentari
Langit cerah membiru..
Tapi, kenapa yang ku lihat hanya abu-abu?
Ada apa dengan mataku??

Aku mulai resah..
Ku beranikan diri tuk menatapnya sekali lagi
Gelap, semakin gelap dan gelap
Gemuruh guntur mulai terdengar
Bak genderang yang menggetarkan telingaku
Hati ini berkecamuk, memberontak, aku marah
Aku marah pada diriku sendiri
Ada apa dengaku??

Saat ku terlarut dalam amarah..
Langit itu menangis..
Mataku yang masih buta tak dapat melihatnya
Sampai curahan airmatanya, terasa membasahi rambutku
Tetesannya begitu deras, hingga mengalir melalui sela sela mataku

Hari ini...
Ketika aku membuka mataku
Terasa teduh jiwa ini
Ku buka daun jendela dan menatapnya sekali lagi
Sebuah pemandangan biru yang terhampar luas
Aku tertegun..
Langit biru, kau memang selalu indah disana...


Minggu, 08 Februari 2015

TERDIAM

Semua yang terjadi membuatku semakin takut tuk berharap, takut tuk menggantungkan anganku, takut tuk membayangkan apa yang aku inginkan. Toh pada nyatanya apa yang terjadi tak seperti yang kuharapkan. Ini bukan untuk pertama kali, tapi ini untuk yang kesekian kalinya. Berulang kali aku mencoba menampik segala apa yang ada dengan tetap menjalankan anganku. Tapi apa yang aku dapat?

Aku gatau ini kenapa, apa ada yang salah denganku? Atau justru keadaan yang tak kunjung berpihak kepadaku?

Aku disini duduk diam terpaku penuh jemu, ku letakkan anganku, ku letakkan sayapku. Aku bak seekor burung yang tak pernah lelah beterbangan tapi tak kunjung jua menemukan sarang makanannya. Aku bak seekor kupu-kupu yang dengan beringas menghampiri sang bunga, tapi tak mendapatkan madunya.

Entahlah, semua menjadi abu-abu, begitu berkabut. Sulit untukku melangkahkan angan dan menengok harapanku.

Akankah sang waktu berpihak kepadaku? Akankah keadaan sudi berteman denganku? Yang jelas anganku tak berani membumbung jauh, anganku lelah akan kekecewaan dan anganku tak mau lagi jatuh terhempas.




Kamis, 05 Februari 2015

CATATAN KECIL

Wahai calon imamku di masa depan, apakabarnya kau disana? Sedang apa sekarang? Apa kau juga tak henti memikirkanku? Masihkah kau menjaga hatimu untukku? Masihkah engkau semangat berjuang menemuiku?


Haha.. hei.. aku disini mulai belajar banyak hal loh.. mulai memantaskan diri, agar jika saatnya nanti Allah mempertemukan kita, kau tak kecewa akan sikap sifatku, juga agar kau tak malu mengenalkanku pada keluargamu.


Hai ganteng, apa saat ini hatimu sama seperti hatiku? Begitu tak tenang karena dipenuhi tanda tanya akan seperti apa sosokmu. Begitu lusuh karena telah merasakan tersakiti.


Yang aku tahu, saat ini Allah sedang menyiapkanmu untukku, mungkin kamu sedang asik mengamati duniaku secara diam-diam, mungkin kamu sedang mengamati karakterku, atau mungkin kamu sedang menyiapkan banyak hal untuk membawaku pulang?


Duhai calon imamku, sampai kapan kau akan terus bersembunyi di balik bilik hati yang rapuh itu? Keindahan seperti apa yang membuatmu begitu nyaman disana? Tak inginkah engkau segera menemuiku? Perempuan yang namanya sudah bersanding dengan namamu sejak engkau masih 4 bulan dalam kandungan ibundamu. Masih semangatkah engkau berjuang memperbaiki dirimu agar mampu menjadi imam yang baik suatu saat nanti? Aku perempuanmu disini tak pernah bosan menantimu. Ku dekap engkau dengan do'a. Karena mengulang do'a-do'a itu seperti kayuhan sepeda yang akan membawa kita ke arah yang kita tuju. Dan itu adalah seindah-indahnya caraku bergeliat dalam penantian.